Ada Dua Golongan Orang Munafik, Ini Ulasannya

Religi361 views

Wartasulsel.net, – Golongan Pertama: Munafik Tersembunyi

Contoh: Orang yang merasa berat untuk shalat berjamaah di masjid. Atau orang yang rajin beribadah hanya jika dilihat oleh banyak orang. Namun secara umum, orang seperti ini masih beriman, aqidahnya masih lurus, kecintaan dan ghirahnya terhadap Islam masih sangat bagus.

Daeng Manye

 

Golongan Kedua: Munafik Terang-Terangan

 

Contoh: Orang yang terang-terangan berkata bahwa Al Quran perlu direvisi. Orang yang terang-terangan memilih pemimpin kafir, padahal dia hidup di wilayah mayoritas muslim, padahal ada pemimpin muslim yang bisa dipilih. Padahal Islam mengajarkan bahwa haram memilih pemimpin kafir. Padahal lagi, dia berlemah lembut dan membela orang kafir, namun di sisi lain bersikap keras, kasar dan mencaci-maki sesama muslim.

 
Untuk golongan pertama, kemunafikannya hanya diketahui oleh Allah SWT. Bahkan kita sendiri, termasuk saya, mungkin saja masih memiliki sifat-sifat munafik yang demikian. Dan tugas kita adalah untuk terus berusaha menghilangkan sifat-sifat munafik yang seperti itu.

 
Kita tidak boleh menyebut munafik terhadap golongan pertama ini. Sebab yang mengetahui kemunafikan mereka hanyalah Allah. Jika mereka meninggal dunia, kita tetap wajib memandikan dan menshalatkan mayatnya (fardlu kifayah).

 
Adapun golongan kedua: Mereka inilah yang oleh banyak ulama diharamkan untuk dishalatkan dan dimandikan jenazahnya. Sebab di Al Quran sendiri disebutkan bahwa mereka adalah orang kafir yang sebenar-benarnya. Mereka akan masuk neraka bersama orang-orang kafir dan kekal di dalamnya.

 
Golongan kedua ini adalah munafik terang-terangan. Mereka secara terbuka dan terang-terangan membela kaum kafir, namun sekaligus menghina dan mencaci-maki Islam, mengingkari ayat-ayat Al Quran, dan seterusnya.

 
Karena mereka terang-terangan menunjukkan dirinya sebagai orang munafik, tentu kita pun boleh terang-terangan menyebut mereka munafik.

 
Dirangkum dari hasil pengajian mingguan bersama guru ngaji saya, tadi malam (4 Maret 2017).

 
(Jonru Ginting/red WS)