Wartasulsel.net, – Perkembangan peradaban saat ini semuanya sudah dirasa canggih. Apalagi sejak kehadiran internet di dunia, seakan akan dunia tak terbatas ruang dan waktu. Setiap saat dan di mana saja, kita dapat mengakses ratusan bahkan ribuan informasi terbaru dari internet. Apalagi ditunjang aplikasi social media yang hampir semua tingkatan masyarakat punya alat untuk mengakses hal tersebut, melalui aplikasi sosial yang dapat menjadi media efektif untuk di gunakan dalam proses pilkada baik dalam penyampaian visi misi atau mengajak pemilih untuk memilih salah satu paslon, inilah yang kemudian dirasakan sangat efektif dampaknya.(4/3/2017)
Dikatakan efektif karena efeknya lebih mengena pada media sosial, dikarenakan pengguna sosial media yang massive dan memang sosial media digunakan sebagai sarana untuk komunikasi bertukar pikiran. Dikatakan efisien dikarenakan tidak terlalu banyak menggunakan sumber daya, seperti cara kampanye sederhana yang sering dilakukan.
Begitu juga dengan pilkada takalar 2017, banyak sekali kampanye, serta isu isu yang saling dilemparkan di sosial media. Entah itu, bertujuan untuk ‘mengangkat’ derajat calon ataupun membanting derajat sang paslon, di takalar khususnya terjadi Head To Head antara BUR-HN (petahana) melawan SK-HD yang hanya di dukung partai PKS dan Nasdem. Kekuatan media online terus meghajar Petahan dengan kasus Penjualan lahan negara sedangkan sang penantang di serang hanya sebagai boneka Syahrul Yasin Limpo.
Dalam hasil nya yang telah di rilis KPU yakni dimenangkan sang penantang SK-HD dengan selisih suara +/- 5.000 suara, ini lah yang membuat kubu petahana terus melakukan provokasi dan protes ke penyelenggara pilkada, begitupun di media online atau pun media sosial , tim paslon kalah terus menyuarakan bahwa terjadi kecuarangan di proses tersebut yang perjalanannya kedepan dapat mempengaruhi warga Takalar tersebut untuk bertindak di luar garis hukum.
(red/KRAT)