Tidak dipungkiri situasi Politik di Kab. Takalar selama masa tahapan Pilkada serentak 2017 sampai sekarang tetap aman dan kondusif. Riak-riak kecil pasca pemungutan suara KPUD Takalar yang dilakukan oleh beberapa kelompok tetap ada. Diduga hal ini ingin membuat Takalar yang selalu aman dan damai menjadi daerah yang tidak kondusif bagi warga Takalar sendiri.
Upaya-upaya tersebut dapat kita cermati sebagai sesuatu upaya yang gagal. Hal tersebut dikarenakan masyarakat dan warga Takalar sendiri mulai dari pelosok desa sampai tingkat kecamatan dan kota telah sangat cerdas. Selain itu masyarakat sudah sadar untuk tidak gampang terhasut oleh issu issu yang provokatif yang dapat memecah belah persaudaraan warga Takalar. Tentu saya ini sesuai dengan motto dan semboyan warga Takalar yang selalu dipegang teguh, mulai dari nenek moyang sampai dengan para penerus sekarang ini yaitu falsafah “Panrannuangku”. Falsafah ini secara harfiah diartikan harapanku atau amanahku. Apa yang menjadi harapan dan amanah tidak lain adalah kenyamanan, keamanan, kedamaian dan ketentraman hidup bersama dan berdampingan sebagai keluarga, saudara atau saribattang.
Situasi Politik usai Pilkada dapat menjadi potensi ancaman perpecahan terhadap suatu daerah. Tidak jarang pilkada bahkan bisa mencapai klimkas pada perang saudara. Namun hal itu tidak terjadi bagi masyarakat Takalar yang sangat memegang teguh budaya. Seperti diketahui masyarakat Takalar tidak terpisahkan dari budaya siri’ yang telah menjadi prinsip dalam diri. Siri’ adalah jiwa, harga diri dan martabat.
Tidak ada nilai paling berharga dan patut dipertahankan selain siri’ atau harga diri. Apapun yang dianggap sebagai ancaman untuk memecah belah persaudaraan, ataupun pihak-pihak yang mau menjadikan daerah Takalar tidak tentram dan tidak damai, atau kalau ada kelompok yang ingin mengadu domba di Kab.Takalar, maka orang Takalar akan bersedia mengorbankan apapun agar daerahnya tecinta Kabupaten Takalar tetap aman dan damai. Hal ini demi tegaknya siri’ dalam kehidupan masyarakat Takalar.
Tahapan Pilakda Takalar telah memasuki situasi pasca pemilihan suara. Saat ini diketahui salah satu paslon akan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Bagi masyarakat Takalar tidak penting siapa yang menang atau kalah. Masyarakat sadar hal itu adalah kehendak Allah SWT. Bagi masyarakat yang terpenting adalah tidak terputusnya persaudaraan dan tali silaturahim yang telah terjalin baik sekian lamanya.
Sampai saat ini warga masyarakat Takalar sedang dalam tahap ujian. Apakah masyarakat mampu mempertahankan keamanan dan kedamaiannya sendiri? Apakah masyarakat tetap mengabadikan budaya dan kearifan lokal mereka dengan budaya persaudaraan tinggi yang sangat disegani oleh suku lain bukan hanya di Sulawesi Selatan bahkan sampai ke pelosok NKRI dan bahkan telah tergaung sampai ke dunia internasional? Jangan sampai hal kecil di percaturan politik segelintir orang berakibat fatal membuat persatuan dan kesatuan sesama warga Takalar menjadi terpecah belah.
Takalar bersatu melawan perpecahan. Mungkin slogan itulah yang cocok untuk menghadapi situasi saat ini. Persatuan memerlukan kesepakatan antar berbagai pihak. Kesepakatan perlu untuk mewujudkan kesatuan sosial politik bersama dengan berlandaskan prinsip falsafah Panrannuangku.
Falsafah ini terlahir dari akar sosial masyarakat dan merupakan landasan yang kuat dan kokoh bagi masyarakat. Falsafah ini penting dalam rangka menciptakan masyarakat aman, tentram, nyaman dan damai. Selain itu falsafah ini akan membawa masyarakat yang bukan hanya bertanggungjawab, tetapi juga memiliki pemahaman dan apresiasi terhadap nilai-nilai kearifan lokal.
opini/leo