Identitas Dan Track Record Pilkada Takalar 2017

Kriminal342 views

Wartasulsel.net, – Pilkada Kabupaten Takalar atau pemilihan kepala daerah Kabupaten Takalar Tahun 2017, merupakan momentum yang dinanti masyarakat berharap dari penantian yang panjang dan periodik selama lima tahun. Penantian itu kian hari kian terasa sejak awal pemerintahan yang dinakhodai seseorang yang memiliki latar belakang konsultan, politisi dan penggiat hobby olahraga. Tak heran perlahan masyarakat pun mulai merasakan roda-roda pemerintahan dengan keganjilan-keganjilan serta pertanyaan timbul di Masyarakat dengan berkata “Ada Apa Ini?”(19/02/2017).

 

Daeng Manye

Meski demikian, tak berarti sang nakhoda tidak memberi ruang dan peluang bagi investor serta para pejuang sejati mereka yang selalu berada dalam zona “Sang Nakhoda”. Takalar memiliki catatan sejarah tersendiri walau Takalar ini sangat dekat dengan Kota Makassar, namun begitu banyak ide kreatif, inovatif, sensasional, serta manuver yang bisa dilakukan tapi tak mampu dimaksimalkan dengan baik potensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia di Takalar saat ini.

 

Jarak yang dekat dengan kota provinsi memberi sinyal bahwa banyak hal yang bisa dilakukan untuk kemajuan Takalar. Jika kita tengok daerah atau kabupaten lain seperti Kabupaten Bantaeng yang notabene memiliki jarak cukup jauh dari Kota Makassar, namun potensi daerah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya mampu melakukan gerakan-gerakan pembangunan yang merubah daerahnya sebagai salah satu icon lajunya pembangunan daerahnya dilihat dari beberapa sektor.

 

Takalar yang memiliki tagline kedaerahan “Takalar Menyala” itu menjadi corong terdepan dalam hal pembangunan sebagai simbol kepercayaan diri akan pembangunan yang diserta dengan semangat menyala dan membara untuk Takalar berkemajuan demi terciptanya masyarakat Takalar adil, makmur, aman, tentram dan sejahtera. Para penyelenggara dari daerah lain pun mengakui track record Takalar dalam melaksanakan pesta demokrasi lima tahunan itu.

 

Catatan torehan sejarah juga sudah pernah diraih kabupaten Takalar, terkait pilkada Takalar sampai sejauh ini perhelatan demokrasinya kian memunculkan jati diri atau identitas bahwa “Takalar Bisa”. Kendatipun dalam perhelatan maupun konstelasi dalam pilkadaa itu diwarnai dengan beberapa insiden kecil, namun itu tidak memberi efek yang signifikan yang sampai mencoreng demokrasi di Takalar.

 

Tertanamnya adat dan budaya yang tersirat dalam hati dan keyakinan masyarakat Takalar sehingga semua insiden kecil itu sejauh ini mampu diatasi salah satunya karena efek “Siri’ Na Pacce”. Budaya Siri’ Na Pacce ini merupakan kolaborasi dua kata yang berarti Siri’ dan Pacce.

 

Secara menyeluruh saat ini kondisi Politik Takalar masih kondusif, ini berarti masyarakat Takalar mulai memahami dan meamknai arti kata Siri’ na Pacce. Dua kata ini juga yang mencounter semua efek-efek perpolitikan di Kabupaten Takalar yang sifatnya dapat merusak tatanan adat dan istiadat serta budaya yang dimotori oleh pemetaan politik yang berwarna peta konflik. Memiliki sembilan kecamatan yang masing-masing memiliki identitas sejarah namun memiliki rumpun sejarah induk yakni Kerajaan Gowa pada waktu itu.

 

Ketika warna baru dihadirkan di Kabupaten Takalar ini pasca meninggalnya sosok Bupati dua periode yakni Ibrahim Rewa yang dikenal oleh tokoh-tokoh agama yang memiliki kepemimpinan memperhatikan kegiatan-kegiatan keagamaan kegiatan keummatan dan jiwa keprihatinannya tentang kondisi spiritual masyarakat Takalar ini ternyata masih dirindukan dan dinantikan masyarakat secara umum di Takalar.

 

Sejak kepemimpinan Burhanuddin Baharuddin, momentum ini hampir tidak maksimal dalam memperhatikan kondisi msyarakat Takalar ditinjau dari segi religi dan ini dari hasil pantauan penulis dari beberapa tokoh agama di Kabupaten Takalar.

 

Saat “Kuda Hitam” muncul kepermukaan yang juga adalah mantan partner sang “Petahana” (Burhanuddin Baharuddin) yaitu sang penantang bercorak “Kuda Hitam Dari Utara Takalar” yang hampir tidak masuk dalam akumulasi peta kekuatan politiknya di Takalar karena secara dukungan sektoril politik dan birokrasi sangat minim. Tapi dalam dunia politik itu bukanlah jadi barometer sebuah kekalahan, namun itu tergantung sejauh mana kerja politik dan kepercayaan masyarakat terhadap calon baik itu calon Bupati dan Wakil Bupatinya. Seiring berjalannya konstelasi politik di Takalar yang dimulai sejak tahun 2016 lalu sampai awal tahun 2017 ini, mulai banyak manuver politik baik itu adu jargon atau tagline sampai adu kekuatan basis pemetaan suara dukungan masyarakat Takalar di berbagai titik daerah sampai kepelosok-pelosok di Kabupaten Takalar.

 

Dari sisi petahana awal pertarungannya di Takalar yang mengantar kemenangannya melawan kompetitornya dengan tagline “Naikki Daeng” yang sekarang karena statusnya incumbent diganti menjadi “Oppoki Daeng” dan “Naciniki Mata Tauwwa”. Sementara di kubu sang penantang Syamsari Kitta yang awalnya memiliki tagline “Appaka Baji” karena mendapatkan nomor urut 4 dan sekarang dalam pertarungannya masih ikutkan kata “Baji” menjadi “Berua Baji” ini langsung menggetarkan masyarakat bahkan kompetitornya. Kian hari semakin ramai dibicarakan dan diteriakkan, sungguh banyak keunikan dan ide brilian tercipta yang tak akan habis untuk diceritakan penulis, namun secara garis besarnya bahwa sejauh ini Track Record Pilkada Damai Takalar saat ini masih tercipta sebelum penetapan KPU secara resmi diumumkan.

Sejarah pun mulai tercipta jelang hari pencoblosan, situasi politik yang memanas dibeberapa titik memberikan gambaran head to head ini semakin memberikan efek kecintaan masyarakat terhadap paslon penantang karena dikenal sebagai calon santun dan religius. Ditopang juga dengan kehadiran tokoh-tokoh penting yang bercokol didalam tim pemenangan semakin menambah daya gedor dan power peta politiknya. Begitu banyak tokoh yang berkecimpung dalam sebuah tim “Berua Baji” yang dikenal ini.

 

Akhirnya fakta berbicara dari hasil perolehan suara kedua paslon yang terlihat di beberapa kecamatan ada yang mencolok kemenangannya dan ada yang tipis kemenangan maupun kekalahan kedua pasangan calon. Selain Track Record Takalar tercipta Pilkada damai juga memunculkan sejarah-sejarah baru yaitu beberapa poin diantaranya ; Budaya “Attabba” (mengumpulkan dan menyebutkan sumbangan partisipasi masyarakat dalam mendukung calonnya) yang biasanya budaya ini dilakukan sebelum pesta pengantin yang menyumbang dari kalangan keluarga terdekat calon pengantin, hal ini mencatatkan sejarah bahwa bersatunya warga mengumpulkan dana secara suka dan rela untuk mendukung calonnya.

 

Dalam tulisan kali ini sang penulis memberikan opini bahwa identitas di Takalar tercipta bahwa masyarakat mulai memahami jati diri sebagai warga yang baik memahami kondisi politik dan bagaimana menyikapi situasi politik sehingga tidak menimbulkan konflik yang besar yang bisa merusak tatanan keragaman masyarakat yang ada di Kabupaten Takalar pada umumnya. Dan track record kembali tercipta bahwa lagi-lagi di Kabupaten Takalar ini tercipta Pilkada yang damai di akumulasi secara universal dan totality. Keberagaman dan kekeluargaan pun mulai terbentuk sejak tahapan pertarungan politik itu dimulai sejak tahun lalu.

 

Kemudian harapan terakhir penulis mengajak masyarakat Takalar untuk ciptakan Pilkada ini dengan Damai, Aman, dan Tentram untuk Takalar yang Berkemajuan, Sejahtera yang di Ridhoi Allah SWT. Jadilah bahagian dari sejarah di Kabupaten Takalar untuk generasi yang akan datang bahwa generasi sekarang telah mencatat sejarah emas bahwa Masyarakat Takalar Cinta Damai menjaga Identitas dan Track Record Di Takalar. Sekian

By. Kamal Fauzan Syam

Redaksi wartasulsel.net