Komite Aksi Mahasiswa Pemuda Untuk Reformasi dan Demokrasi, Ultimatum FPI Di Bubarkan Saja

Hankam, Sosbud474 views

Wartasulsel.net Jakarta,- Reaksi keras dari sejumlah kalangan di berbagai daerah menuntut agar Front Pembela Islam (FPI) dibubarkan kian menguat. Tuntutan pembubaran ormas besutan Habib Rizieq Shihab itu sebenarnya sudah berulang kali disuarakan warga masyarakat. Namun ternyata mereka masih tetap eksis sampai saat ini sehingga tidak heran jika kemudian muncul stigma negatif sejumlah elemen masyarakat.

Kali ini dorongan pembubaran FPI itu muncul dari kalangan mahasiswa dan pemuda mengatasnamakan “Komite Aksi Mahasiswa Pemuda Untuk Reformasi dan Demokrasi (Kamerad)”. Mereka meminta Kapolri Tito Karnavian untuk segera memerintahkan semua Kapolda se Indonesia untuk bisa bertindak tegas terhadap ormas yang anarkis dan ingin memecah belah persatuan.

Daeng Manye

“Kami minta Kapolri perintahkan semua Kapolda se Indonesia untuk tindak tegas ormas anarkis pemecah belah persatuan. Dan segera bubarkan FPI,” tegas Ketua Presidium Kamerad Haris Pertama hari ini.

Dijelaskan dia, sejak berdiri di awal reformasi FPI dituding telah ratusan kali melakukan aksi kekerasan yang mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat, menyebarluaskan rasa permusuhan dan kebencian baik antar suku, agama dan ras bahkan sering kali menyerang kelompok masyarakat tertentu.

“Semua ormas tidak ada yang kebal hukum. Jika ormas itu kerap melakukan tindakan kekerasan dan anarkis, maka sudah selayaknya dibubarkan,” tuturnya.

Dikatakan dia, FPI dinilai tidak mampu menjaga persatuan dan keutuhan NKRI serta kedamaian dalam masyarakat. “Demi keutuhan NKRI, pemerintah dan DPR selayaknya menghargai permintaan masyarakat yang sudah kurang sreg dengan perilaku FPI,” ucap dia.

Selain itu, Haris menegaskan bahwa ormas FPI itu bukanlah merupakan representasi dari seluruh umat Islam di Indonesia. Dirinya tidak ingin relasi harmonis antara umat beragama menjadi terganggu dan tidak nyaman hanya karena FPI. Pihaknya pun mengutuk tindakan FPI yang kerap intoleran dan berarti FPI bukan representasi Islam.

“Di Indonesia harus kita ingat keberagaman, bukan hanya di atas kertas. Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya Semboyan. Namun memang benar adanya di Indonesia itu ada ribuan suku, ribuan bahasa dan ribuan budaya, termasuk juga ada banyak keimanan yang dianut orang.

Di sekitar kita banyak hidup orang antara Islam dan Buddha, Hindu dan Katolik, Orang Jawa dan Madura, Orang Batak dan orang Padang, Hidup berdampingan. Pemaksaan hanya karena keinginan antara satu pihak saja adalah sebuah tindakan egois dan Intoleran,” paparnya.

“Seharusnya masyarakat Indonesia termasuk anggota FPI dapat lebih sejuk dalam menyikapi persoalan. Disayangkan sekali jika nuansa FPI melawan gerakan-gerakan merugikan nama Islam,” tandasnya.

Redaksi Wartasulsel.net ‎

http://www.beritasatu.com/2017/01/15/