Oleh : Fadhel Muhammad
Kader HMI komisariat Ekonomi UNIBOS
Proyeksi Kepemimpinan HMI Untuk Kemaslahatan Umat dan Bangsa
Sebelum membahas lebih jauh tentang kepemimpinan HMI dalam menjawab permasalahan umat dan bangsa, ada baiknya kita melihat catatan sejarah tentang apa sebenarnya HMI itu? Mengapa HMI didirikan? Dan kenapa HMI masih eksis sampai sekarang? Hal ini penting agar setiap kader HMI dapat memahami sepenuhnya pesan yang terkandung dalam tubuh dan keberadaan HMI itu sendiri. Jika tidak demikian, mungkin saja terjadi hal : 1) tidak berpartisipasi aktif dalam mengejar dan memenuhi misi HMI; 2) konstruksi misi HMI “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD HMI)” hanyalah kumpulan dari kata-kata umum yang tersusun rapi, tetapi tidak bermakna; 3) Tugas HMI dianggap biasa saja sehingga tidak bisa dijalankan. Oleh karena itu, memahami HMI secara holistik dan utuh dengan memahami dinamika yang melandasi HMI didirikan dan dipertahankan hingga saat ini sangat penting untuk identifikasi HMI ke depan, baik dari sisi loyalitas dan daya juang kader, tingkat pencapaian tugas, serta kualitas dan manfaat yang dapat diberikan kepada umat dan bangsa.
Transformasi Kepemimpinan HMI
Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi mahasiswa terbesar dan tertua di Indonesia, yang eksistensinya dapat kita lihat hingga detik ini. Organisasi yang didirikan oleh Ayahanda Prof. Drs. Lafran Pane pada 5 februari 1947 ini telah menjadi bagian dari sejarah kepemimpinan bangsa Indonesia mulai zaman demokrasi liberal dan terpimpin ( Orde Lama ), Demokrasi Pancasila (Orde Baru), Reformasi Demokrasi seperti yang kita rasakan seperti sekarang ini (Soewarno, 2021 ).
Dalam strata sosial, kepemimpinan HMI tidak lagi diragukan karena memiliki basis intelektual dan sejarah panjang dalam dinamika sosial-politik. Mengenai kepemimpinan harusnya dapat menjadi cerminan dalam kehidupan sosial budaya (Kartakusumah, 2016). Sehingga seharusnya, kepemimpinan dalam HMI harus dapat menjadi cerminan dalam kehidupan sosial budaya bangsa. Tak ada satupun kader yang menginginkan bahwa organisasi memiliki konflik yang melampaui batas geraknya. Dari sudut pandang manapun Himpunan Mahasiswa Islam harus bebas dari pengaruh dan intervensi eksternal yang mengganggu gerakannya. Gerakan HMI harus sesuai dengan konteks perkembangan zaman saat ini (Wekke & Mukhtar, 2020). Melihat realitas dinamika politik internal HMI saat ini, bisa dikatakan kehilangan arah. Para elit HMI tidak tahu mau diarahkan kemana orientasi HMI saat ini. Realitasnya bahwa sebagian besar kader HMI tidak lagi menjaga marwah dan harga diri organisasi. Sebagian besar kader HMI lebih memilih hidup dibawah angan-angan penguasa. Lebih senang hidup dibawah ketiak penguasa dan rela menjadi babu penguasa.
Sehingga dalam hal ini seharusnya kita sebagai kader sepakat bahwa HMI butuh pemimpin transformatif yang memiliki kemampuan untuk menciptakan suatu kepemimpinan yang transformasional. Pemimpin yang mampu berakselerasi dengan perkembangan zaman, memiliki kapabilitas intelektual yang relevan. Untuk menopang itu semua, HMI wajib mengaktifkan seluruh Bakornas PB HMI dan memperbanyak lembaga kekaryaan yang relevan dengan perkembangan peradaban, mampu bekerjasama dengan pemerintah dalam mendistribusi kader HMI sesuai basic keilmuan, jika terwujud roll model ini, gambaran akan society 5.0 tentu ada dalam kader HMI, bahkan kader-kader HMI yang akan menjadi volunteer dalam mendorong kemajuan peradaban bangsa. Diharapkan dengan kehadiran pembaruan pemikiran HMI dalam transformasi kepemimpinan yang berbasis kepada kepemimpinan visioner di era ini, dapat menciptakan suatu inovasi yang berdaya saing dan bernilai kebaruan. Maka HMI harus berbenah, PB HMI harus cepat menyusun blueprint strategis dalam menjawab tantangan tersebut, dengan dasar sudut pandang Visioner-Sustainable yang dapat menjadi instrument fundamental kader dalam mempertahankan eksistensi HMI lintas generasi (Saleh, 2018).
HMI, Islam dan Indonesia
Pada awal didirikannya HMI memiliki dua buah misi untuk diperjuangkan, yaitu:
1) mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, dan;
2) menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam.
Berdasarkan dua misi tersebut dapat dilihat jelas bahwa ada dua komitmen yang senantiasa terintegrasi dalam setiap langkah perjuangan HMI, yaitu komitmen keindonesiaan dan keislaman. Komitmen keislaman tercermin melalui usaha HMI untuk selalu mewujudkan nilai-nilai ajaran Islam secara utuh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sedangkan komitmen kebangsaan adalah usaha HMI untuk senantiasa bersama-sama seluruh rakyat Indonesia untuk merealisasikan cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia demi terwujudnya masyarakat yang demokratis, berkeadilan sosial dan berkeadaban. Dalam perjalanannya, dua buah rumusan misi awal itu mengalami perubahan , rumusan misi awal itu diubah redaksinya menjadi “terbinanya insan akademik, penciptan, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah subhanahu wa ta’ala” dan masih tetap disepakati untuk diperjuangkan hingga sekarang.
HMI Untuk Menjawab Permasalahan Umat dan Bangsa
Dewasa ini, berbagai problematika tengah dihadapi ummat dan bangsa. Diantara permasalahan tersebut, yang menjadi tantangan besar saat ini adalah sekularisasi agama, dimana pada situasi ini terjadi mendangkalnya agama disetiap aspek kehidupan manusia. Di sinilah kepemimpinan HMI ditantang untuk menjawab apakah keberadaannya masih diperlukan. Apakah keberadaannya saat ini mampu memberikan solusi? Apakah keberadaannya saat ini mampu memberikan manfaat bagi umat dan bangsa? Berbagai persoalan umat dan bangsa yang muncul dan HMI bersaksi hingga saat ini tidak dapat diselesaikan seluruhnya dengan pidato, diskusi atau demonstrasi. Masalah yang terjadi saat ini tidak seperti paku pada kayu, ketika paku dicabut maka masalah selesai. Masalah hari ini seperti mengurai benang kusut di tengah kubangan. Dibutuhkan persiapan yang matang, perawatan dan banyak waktu. Oleh karena itu, hasil dari proses kelahiran kembali hari ini akan menentukan. Generasi hari ini perlahan akan berubah. Kelompok lama akan digantikan oleh kelompok yang lebih muda
PENUTUP
Berbagai problematika dan urgensi sebagaimana tersebut di atas menuntut untuk segera diselesaikan. HMI sebagai kader sekaligus pemimpin umat dan bangsa ditantang untuk berperan aktif membantu menghadapi berbagai permasalahan itu. Sejak 1947 hingga sekarang, HMI masih diapresiasi karena mampu membuktikan bahwa dirinya berperan penting dan nyata dalam menyelesaikan permasalahan umat dan bangsa dan eksistensi daripada HMI pun dapat dilihat sampai sekarang ini. Kemaslahatan umat dan bangsa berbicara mengenai situasi dan kondisi masyhur yang tercipta oleh kepemimpinan HMI atas jawaban terhadap berbagai problematika dan urgensi umat dan bangsa, salah satunya sekularisasi agama.
Kepemimpinan HMI hadir sebagai kepemimpinan visioner islam yang mengupayakan tindakan pencegahan terhadap perkembangan sekularisasi agama dalam bernegara dengan memperkuat peran agama secara inklusif dan progresif di segala aspek sebagai sumber moral dan etika kehidupan umat dan bangsa. Diharapkan kepemimpinan HMI dapat menjadi roll model kepemimpinan islam yang visioner, dengan dasar sudut pandang Visioner-Sustainable yang dapat menjadi instrument fundamental kader dalam mempertahankan eksistensi HMI lintas generasi. Namun, HMI di masa akan datang, entah diapresiasi atau dicaci maki tergantung pada kadernya hari ini.
(fnd/ws)