Wartasulsel.net, Takalar_|| Perhelatan Tu Galesong Fest yang digelar di tanah Galesong, tanah Karaeng Galesong ini, dengan serangkaian kegiatan padat, seru dan menarik perhatian bukan hanya di kalangan tokoh adat saja, namun dikalangan para remaja-remaja baik yang ada di Galesong Raya, dari Kabupaten Takalar sendiri, bahkan para pengunjung datang dari kabupaten lain seperti Gowa, dan Makassar.(29/10/2022).
Dalam acara yang begitu meriah, yang di selenggarakan dalam area rumah adat Galesong, Balla Lompoa Galesong, menghadirkan banyak ragam kegiatan yang sudah berlangsung sejak kemarin 28 oktober 2022 hingga puncak hari ini 29 oktober 2022, yakni diantaranya kegiatan pameran pusaka, pamrean UMKM, pameran patorani, aru tubarani, tari payung, tari pakarena, tari bosara, tari nusantara, tari drama patorani, dialog kepemudaan, karnaval pemuda, sitobo lalang lipa, tunrung ganrang, losquin makassar, musikalisasi puisi, orasi budaya, akustik, dan pemutaran film.
Hal yang menjadi perhatian banyak kalangan yang datang menyaksikan acara Tu Galesong Fest 2022 ini, yaitu diacara Dialog Kepemudaan yang salah satunya menghadirkan narasumber tokoh profesional dan pemerhati Takalar, Bapak Ir. H. Mohammad Firdaus Daeng Manye, MM yang akrab disapa “Daeng Manye”.
Dialog kepemudaan yang dimulai sejak sore 29/10 itu, dipandu langsung oleh moderator Muhammad Asmin Rahman, mengangkat tema peran strategis pemuda dalam upaya pelestarian nilai budaya di era modern, Daeng Manye mengupas tuntas bagaimana transformasi pelestarian budaya berbasis digitalisasi, dalam membangun peradaban saat ini.
“Daeng Manye” bagaimana banyak menjelaskan perbedaan dan tantangan tersendiri generasi-generasi yang berbeda, baik mulai dari generasi Gen X,yang lahir sekitar tahun 1965 an, ada juga generasi Gen Y yang lahir di tahun 1975 an, dan ada lagi generasi yaitu Gen Z, bahkan dikupas hingga bagaimana generasi setelah komputer itu lahir hingga sekarang, komplit dibahas dan difahamkan kepada para peserta yang hadir itu, yang notabene banyak di dominasi kalangan muda atau remaja asal Takalar, Gowa dan Makassar.
“Bagaimana digitalisasi begitu banyak merubah peradaban kita, perkembangan teknologi dari 1.0 hingga 4.0 atau yang lebih dikenal dengan sebutan four point zero. Digitalisasi saat menggambarkan betapa generasi digitalisasi sekarang sudah sangat pintar, dan ini tentunya harus tetap dijaga selain budaya serta literasi kita, agar nilai-nilai hakiki peradaban budaya mampu beradaftasi dan sudah siap menghadapi tantangan era perkembangan jaman yang semakin berbasis digitalisasi”, tutur Daeng Manye saat menjadi salah satu narasumber dalam dialog kepemudaan tersebut.
Selain Daeng Manye sebagai narasumber dalam dialog kepemudaan tersebut, juga hadir narasumber lainnya seperti Ketua DPD KNPI Takalar, Israndi Djihad,S.Sos dan dosen pakar budaya dari Universitas Hasanuddin Makassar, Dr. Andi Suriadi Mappangara, M.Hum.
Usai dialog kepemudaan berlangsung, kemudian “Daeng Manye” memberikan apresiasi kepada sejumlah penanya (peserta dialog yang bertanya) yang begitu antusias dalam mengikuti dialog dengan memberikan bingkisan berwarna hitam bergambarkan foto tokoh profesional dan pemerhati Takalar, yang salah satunya berisikan mushab Al Qur’an dan lainnya.
Sesi foto bersama pun, mengakhiri dialog kepemudaan itu dan acara selanjutnya berlanjut ke panggung perhelatan budaya dalam momentum Tu Galesong Fest yang berada di halaman Balla Lompoa ri Galesong, yang dihadiri ratusan ribu penonton yang datang dari berbagai daerah Takalar dan sekitarnya.(*)