Agama, Sains dan Teknologi, Dan Virus Corona

Opini20 views

Oleh : Prof. Imam Suprayogo*

Wartasulsel.net,- Malang- Ada dua jenis piranti dalam menjalani hidup ini, agar meraih kebahagiaan hidup yang sebenarnya. Pertama adalah agama, sedangkan yang kedua adalah sains dan teknologi. Agama datang dari Tuhan Yang Maha Esa, melalui nabi dan rasulNya, berupa wahyu. Sementara itu sains dan teknologi lahir dari upaya manusia yang dilakukan lewat riset dan pemikiran mendalam.

Daeng Manye

Agama sebenarnya adalah untuk merawat, menjaga, dan memperbaiki apa yang ada di dalam hati manusia. Apa yang di dalam hati dimaksud sering disebut dengan istilah ruh. Agama datang untuk menjadikan ruhani tetap baik dan terawat. Itulah sebabnya, misi utama kenabian atau kerasulan adalah memperbaiki akhlaq. Dalam Islam tugas Muhammad sebagai rasul disebut menyempurnakan akhlaq mulia. Di antara cars agar akhlaq menjadi terawat, agama di antaranya mengenalkan tentang siapa sebenarnya manusia itu, siapa nabi dan rasul, siapa Tuhan, dan apa sebenarnya baitullah ialah yang dijadikan sentral kegiatan beribadah itu.

Agama bagi kehidupan manusia adalah amat penting. Namun sebenarnya tanpa agama sekalipun manusia dapat hidup bersama dan juga bisa meraih kemajuan, asalkan yang dimaksud maju itu adalah sebatas yang bersifat fisik, atau jasmani, dan bukan hal yang bersifat ruhani. Ruhani tidak bisa dibangun dan diperbaiki lewat sains dan teknologi, tetapi harus melalui agama.

Berbagai bangsa dan negara di dunia ini berhasil meraih kemajuan tanpa agama. Kita lihat pada umumnya bangsa-bangsa barat yang tidak peduli pada agama, mereka hidup, berkembang dan maju. Bahkan negara yang masyarakatnya jelas tidak beragama, misalnya dulu adalah Rusia, mereka maju, dan mampu mengungguli negara yang memiliki perhatian besar pada agama. Perumahan, tata kota, transportasi, sarana komunikasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan lain-lain berkembang dan tertata dengan baik. Demikian pula kehidupan sehari-hari, termasuk kehidupan bersama, dijalankan atas dasar budaya yang telah dibangun dan dirawat dari generasi ke generasi.

Namun sekalipun berhasil meraih kemajuan, tetapi oleh karena tidak mengenal agama, mereka masih menyisakan persoalan, yaitu tatkala harus mengetahui tentang dirinya sendiri yang sebenarnya, terutama terkait dengan kehidupan ruhani. Sebagai contoh, hal sederhana misalnya, mengapa dirinya pembenci orang lain, merasa galau, sombong, tidak menyukai tatkala orang lain memperoleh keuntungan, bermusuhan, dan lain-lain. Selain itu mereka juga tidak paham bagaimana menjadikan dirinya sabar, ikhlas, jujur, tidak berbohong, hidup damai, saling mencintai sesama, rukun, tenteram, dan sejenisnya. Apalagi, tatkala harus memahami tentang kehidupan dirinya sendiri yang sebenarnya, termasuk kehidupan setelah mati di akherat sana. Semua hal tersebut hanya bisa dijawab dan dipahami oleh agama.

Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya adalah merupakan hasil kreatifitas dan budaya manusia sendiri. Tuhan, terkait dengan sains dan teknologi, menyerahkan sepenuhnya kepada manusia. Tuhan tidak ikut campur di dalam mengembangkannya. Semua diserahkan kepada masing-masing manusia dan tidak mengenal suku, tempat tinggal, bangsa, juga pilihan agamanya. Bahkan orang yang tidak mempercayai adanya Tuhan sekalipun, mereka diberi peluang dan kemungkinan berhasil dalam mengembangkan sains dan teknologi.

Posisi agama adalah menjaga dan memperbaiki apa yang ada di dalam hati orang. Jika hati seseorang, dengan agama, menjadi baik maka tatkala mereka mengembangkan sains dan teknologi, akan selalu mempertimbangkan baik dan buruknya, serta manfaat dan mudharatnya bagi kehidupan secara keseluruhan. Demikian juga jika hasil sains dan teknologi diketahui kelak misalnya, akan merusak kehidupan, bagi mereka yang beragama, —-sekalipun hal tersebut menguntungkan, akan dihindari.

Singkatnya, agama hadir dalam kehidupan adalah untuk menyelesaikan berbagai problem yang tidak mampu diatasi atau diselesaikan oleh manusia sendiri. Virus corona yang akhir-akhir ini muncul dan mengancam keselamatan manusia di berbagai belahan dunia seharusnya diatasi oleh manusia sendiri dengan sains dan teknologi. Akan tetapi jika dirasakan tidak mampu oleh karena berat dan dipandang telah berada di luar wilayah jangkauan kemampuannya, maka sebagai orang yang beragama, segera berdoa, memohon kepada Allah dan rasulNya, serta bertawakkal kepadaNya.

* Mantan Rektor dan Guru Besar FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang