Kemeriahan Pesta Rakyat Menghibur Warga Dusun Bontomanai Gowa

Sosbud377 views

Wartasulsel.net,- Gowa- Mengulas sepenggal kisah dari cerita rakyat bukanlah sesuatu yang mudah apalagi cerita itu dipadukan dengan nuansa kemoderenan zaman sekarang.

Seperti yang dilakukan oleh para pemuda dan masyarakat yang ada di dusun Bontomanai desa Kalebarembeng kecamatan Bontonompo, kab. Gowa, malam kemarin menampilkan hiburan dari cerita rakyat

Daeng Manye

Tidak hanya warga Bontomanai yang hadir menyaksikan kemeriahan acara tersebut namun warga di sekitar desa Kalebarembeng turut hadir datang.

Ketua panitia, Rahmat Hidayat menjelaskan kepada awak media mengenai kegiatan tersebut, acara ini kami libatkan teman-teman dari IKRAB (Ikatan Remaja Bontomanai), IRMANURI dan IRMABA,  berbagai penampilan seperti tari Paduppa . Pa’dekko dan tari Mattoja Bine yang dipentaskan oleh pemuda pemudi dusun Bontomanai.

Bukan cuma itu, keseruan acara itu semakin meriah saat digelarnya drama yang mengangkat cerita budaya pertanian di masa lalu yang ada di dusun Bontomanai dipentaskan di depan masyarakat dan tamu undangan. Tujuannya supaya generasi muda tau bagaimana orang tua kita dulu sangatlah susah saat bertani yang semuanya serba terbatas, yaitu dengan keterbatasan mulai dari bajak sawah pakai kerbau saat tanam padi pemeliharaan sampai panen yang hanya menggunakan tenaga manusia. Dan tidak sedikit dari para petani dahulu melakukannya dengan gotong royong (assibali bali) namun sekarang ini sudah banyak yang terkikis karena petani sekarang sudah modern digantikan oleh tenaga mesin.

Dalam drama ini, ada juga berbagai nama-nama sawah yang unik dan memiliki sejarah yang khas turut diceritakan seperti Tana Balandaya, Tanah Pakkekeang, Bulaeng Simboleng, Patinra Jai, Singkulu Tobanga, ungkap Rahmat Hidayat lagi.

Masyarakat dusun bontomanai berharap kegiatan seperti ini menjadi kegiatan positif yang tiap tahun mesti diadakan karena selain mengingatkan kita oleh sejarah terdahulu juga memberikan pelajaran bagi anak sekarang bahwa Bontomanai memiliki cerita tersendiri yang harus dilestarikan, apalagi kesenian Appaddeko yang dipentaskan oleh ibu-ibu rumah tangga dengan baik mengajarkan kita bahwa budaya itu masih kental. “Saya salut dan menghargai, IKRAB, IRMANURI dan IRMABA,” pungkas Sahabuddin Liong.

(SUHA/redws)