Surat Perpisahan Kepada Steven Paulle

Ragam380 views

Wartasulsel.net, Kepada Paule. Terimakasih. Bukan Makassar kalau hidup di sini biasa biasa saja. Logat dan raut muka tentu berbeda dengan orang Cennes atau Paris. Nada berbicara tentu berbeda, sedikit keras, serak pula. Tapi hanya beberapa orang, tak semua.

Appi tak asal kontrak sana sini. 2017 silam ada beberapa pemain asing yang turut dalam seleksi. , Marcos Vinicius da Costa asal Brazil dan Steven Paulle Asal Cennes, Prancis.

Daeng Manye

Robert lebih jatuh hati pada Paulle. Lelaki yang lahir di 32 tahun silam, pemain ini memilki tinggi 1 meter lebih 87 centi.Hingga akhirnya Paulle resmi menjadi bagian dari skuad pasukan Ramang.

Sebelumnya memang PSM di buat galau, tembok pertahanan sering kebobolan. Tidak kuat pula. Maka, jelaslah saat itu PSM butuh suplemen pertahanan, dan resmi 2017 lalu Appi menandatangani identitas Paulle menjadi bagian dari PT PSM.

Di PSM Paulle di sanjung. Dari Ultras, The Macz Man, sampai pasukan DG Uki. Kagum dengan kemampuan pertahanan dan olah bola Paulle, gelar terhormat di sematkan lah kepada Paulle.

Dg Kulle sebutannya. Walau tak di angkat secara adat. Pendukung PSM sudah terbiasa memanggilnya Dg Kulle. Sebuah gelar adat Bugis Makassar. Sebutan Daeng hanya diturunkan kepada bangsawan Bugis Makassar, atau anak cucu keturunan raja raja, walau bukan lahir dari situ namun Paulle berhasil menjadi bagian dari itu.

DG Kulle alias Paulle turut dalam kebangkitan PSM 2017 lalu. Mengantarkan PSM di Posisi 3, dengan poin 65. Naiklah nama PSM, dengan 19 kali menang. Bukanlah prestasi yang biasa, dan saya sebagai Support PSM turut bangga orang-orang yang berjuang di Lapangan.

Sampai di musim keduanya. Paulle tetap menjadi benteng di PSM. Komentator ciamik dan apik Valintino Simanjuntak menyebutnya sebagai benteng Rotterdam sebagai bagian dari sejarah tanah Makasar. Benteng karya Belanda yang berhasil direbut oleh Sultan Hasanuddin.

Hingga Di 2018 PSM bangkit dan mencoba berbenah. Berbagai dinamika turut hadir dan mewarnai Paulle di PSM.

Utamanya dengan kebobrokan sepakbola negeri. Dari federasi yang kacau, hingga permainan judi ala liga di saksikan Paulle. Tapi, tak masalah. Biar saja. Atur saja. Pada intinya Paulle sudah paham perbedaan Prancis dan Indonesia. Apalagi soal sepakbola.

Paulle dan kawan-kawan tetap hebat. Ia tersesat di Posisi kedua. Poinnya 61 sedang Persija finish dengan posisi 62. Saya sangat suka kalimat akhir dalam sebuah tulisan Mantan Jurnalis PSM, Imam Dzulkifli bahwa biarlah piala ada di Jakarta, dan kehormatan ada di Makassar.

Usailah, Appi tak memperpanjang kontrak Paulle, kekosongan itu harus dilakukan cepat, paling tidak harus lebih kokoh dari Paulle.

Beberapa waktu lalu ia sampai kan pesan perpisahan kepada Makassar. Gurih dan sedih tulisan Paulle. Terkhusus kepada sahabatnya Klok dan Pluim.

Kepada Paulle alias Dg Kulle. Terimakasih atas perjuangan dan pengorbanannya di PSM Makassar. Berangkatlah ke depan Daeng, ibarat perahu phinisi yang berlayar tak kenal ombak dan badai. Jangan pernah lelah untuk terus menjadi lebih baik.

Makassar bersyukur, Anda dan seluruh pemain di PSM telah berjuang untuk memperbaikinya

Dari Takbir Abadi, Pendukung PSM di Maros.