Wartasulsel.net – Ekonomi Indonesia tahun 2050 terbesar ke-4 Dunia hanya mitos, bila GDP growth rata-rata hanya di kisaran 5 persen pertahun. Proyeksi Price Waterhouse Coopers (PwC) bahwa dengan growth 4,4 persen akan didapatkan GDP riil sebesar USD 8,7 triliun adalah salah perhitungan.
Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli mengatakan, laporan PwC dan juga EY hasilnya sangat ngawur. Selain bukan karena kompetensinya, juga laporan tersebut hanya untuk menyenangkan negara client.
“Ini contoh perusahaan auditor terkenal bagus (PwC dan juga EY) cawe-cawe buat prediksi makro ekonomi, yang bukan core kompetensinya. Hasilnya ngawur berat. Hanya sekadar untuk menyenang-nyenangkan negara clientnya,” ujar Rizal Ramli di Jakarta, Senin (3/8/2018).
Seperti sebelumnya dilaporkan bahwa PwC melansir ekonomi Indonesia pada 2050 diproyeksi mencapai empat besar dunia.
Tetapi, biarpun terjadi salah perhitungan dalam proyeksi PwC, kita tidak dapat mempersalahkan atau menggugat PwC. Karena dengan sangat jelas, dalam bagian “Disclaimer” (yang biasanya jarang mendapat perhatian dari pembaca) di publikasi proyeksi PwC tersebut, dengan jelas dikatakan publikasi ini hanya panduan umum, tidak terdiri dari saran profesional.
PwC sangat tidak menyarankan publikasi ini dipergunakan oleh siapa pun tanpa sebelumnya mendapat saran profesional yang spesifik. PwC juga tidak memberikan garansi apa pun atas keakuratan publikasi ini. Secara sederhana, PwC tidak bertanggung jawab atas proyeksi ini bila ternyata tidak akurat atau terjadi salah perhitungan.
Sayangnya, mitos (bahwa pada tahun 2050 GDP Indonesia akan terbesar ke-4 Dunia) yang lahir dari publikasi yang tak bisa dipertanggungjawabkan secara profesi ini ternyata sudah terlanjur dikampanyekan berkali-kali oleh para pejabat kita, termasuk oleh Presiden Jokowi.
Karenanya, agar tidak menjadi mitos belaka cita-cita 2050 ekonomi Indonesia peringkat ke-4 Dunia, maka menjadi tugas pemerintahan pasca Jokowi lah yang harus mengejar GDP growth yang tinggi- setidaknya hingga rata-rata 7-9 persen selama lima tahun, untuk mengimpasi rata-rata DP growth era Jokowi yang hanya 5 persen per tahun.(wartanasional)