WARTASULSEL.NET, – Mantan Duta Besar (Dubes) RI untuk Republik Chile, DR. Aloysius Lele Madja, adalah salah satu sosok yang namanya masuk dalam daftar kandidat Bakal Calon Gubernur (Bacagub) Nusa Tenggara Timur (NTT) periode 2018- 2023, dari PDI Perjuangan.
Munculnya nama putra kelahiran Mataloko, Ngada, 5 Februari 1952 dalam daftar partai banteng moncong putih itu, bukan tanpa alasan. DR. Aloysius Lele Madja memiliki segudang pengalaman bergengsi, dengan banyak malang melintang di dalam dan luar negeri.
Sebagai Diplomat karier, Aloysius yang pernah menjadi karyawan Penerbit Nusa Indah- Percetakan Arnoldus Ende 1971- 1973, itu, telah dipercaya menduduki sejumlah jabatan penting. Antara lain di KBRI Jerman dan KBRI Hungaria dan Konsul RI di Perth, Australia Barat dan kemudian menjadi Dubes Chile.
Berbekal pengalaman dunia birokrasi kurang lebih 32 tahun di Kementerian Luar Negeri, itulah, diyakini, Alumnus SMA Seminari Mataloko dan Kisol ini, bisa memberi jawaban atas kebutuhan daerah dan masyarakat NTT. Apalagi jaringannya di kancah internasional pun terbilang kuat, terutama kerjasama pengembangan sumber daya manusia, yang bisa link dengan kebutuhan daerah.
Sosok kalem, pintar, mumpuni, bersahabat, namun tetap tegas ini, mengaku, selama ini memiliki kerinduan besar untuk membangun daerahnya, maka ia memutuskan untuk kembali ke NTT. Bagi Aloy, demikian DR. Aloysius Lele Madja disapa, di NTT dia akan merasa bisa memanfaatkan keahlian dan kepandaiannya sehingga berguna bagi masyarakat. Aloy merasa hidupnya lebih berarti jika berbuat sesuatu untuk kebaikan daerahnya NTT.
Kendati menghabiskan banyak waktu di banyak negara, Aloy selalu mengikuti perkembangan NTT. Dirinya mengerti betul, apa saja masalah yang mengidap NTT, terobosan apa saja yang harus dilakukannya dalam membangun NTT, demi kesejahteraan rakyatnya. Baginya, maju dalam bursa suksesi pilgub semata- mata menjawab penggilan diri untuk berbakti kepada daerah dan masyarakat NTT.
“Ya jika partai memberikan dukungan, tentu saya akan kerja maksimal guna memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Saya serahkan sepenuhnya pada keputusan partai dan kehendak Tuhan dalam menjalani langkah politik yang diambil saat ini,” ujar Aloysius dengan mata menerawang.
NTT menurutnya memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Selain subur untuk pengembangan pertanian dan perkebunan, NTT juga sejak dulu dikenal sebagai pusat ternak. Setiap upacara adat saja, orang NTT tidak pernah lepas dari hewan piaraan, seperti ayam, babi, kerbau, sapi, kuda, kambing.
Kemudian sektor pariwisata, perikanan dan kelautan, serta UMKM, apabila dikelola secara benar dan optimal, bukan tak mungkin dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di daerah yang dihuni oleh penduduk 5 juta jiwa itu.
Menurutnya, pariwisata harus diperkuat dan dapat menjadi “leading” sektor pembangunan. Pasalnya NTT mempunyai banyak sekali potensi unggulan di sektor pariwisata yang dapat dikembangkan menjadi industri.
“Menurut saya di sektor pariwisata pun kita harus pastikan akan menjadi primadona baru bagi pemasukan daerah. Perkuat sektor hulu hilir dengan konsep terpadu dengan sektor lainnya,”ujarnya.
Untuk NTT, lanjut Aloy, bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM), harus menjadi program prioritas. Kedepan harus mampu memaksimalkan semua potensi sumberdaya alam yang ada dengan kemampuan SDM yang ada. Kesejahteraan masyarakat perlu ditingkatkan secara nyata dan merata dengan memanfaatkan semua potensi alam yang ada, agar masyarakat NTT tidak memiliki keinginan untuk bekerja di luar negeri atau di kota bagi mereka yang tinggal di desa.
“NTT adalah the Sleeping Giant. Ini raksasa tidur. Kita harus membangun masyarakat mandiri. Harus munculkan figur entrepreneur yang berbasiskan budaya. Orang NTT harus mengandalkan kekuatan mereka sendiri untuk menjadi penggerak ekonominya,”ujar lelaki yang juga pernah berkarir di Hongkong Shanghai Banking Corporation, Jakarta 1974-1982, itu.
Dibalik sosoknya yang kalem, ayah empat ini juga dikenal sebagai “gila” bola. Mudanya dikenal sebagai seorang pemain bola hebat. Kerinduannya akan sepak bola, membuat Aloy, selama bertugas di Bonn, Jerman, dirinya rela mengambil cuti khusus untuk kursus pelatih sepakbola amatir selama tiga minggu di Sportschule-Bad Honnef.
“Ya saya melihat banyak anak anak NTT yang memiliki bakat, yang perlu dikembangkan. Saya memiliki Komitmen memperhatikan sepakbola, NTT,”ujar lelaki yang memiliki kemampuan menguasai beberapa bahasa asing dengan fasih, ini. .
Itulah Aloysius Lele Madja. cita-citanya waktu sekolah dasar, menjadi petani yang berpendidikan, bisa menimba ilmu di IPB Bogor. Instruksi orangtuanya harus masuk Seminari tapi Kandas di tengah jalan. Mau ke IPB pun sudah terlambat. Tapi nasib berkata lain, setelah mengundurkan diri dari panggilan menjadi Imam, dirinya tercambuk untuk mengunjungi negeri para pendidiknya yang berasal dari Jerman, dan akhirnya impian itu tercapai.
Bagaimana pandangannya tentang NTT dan apa yang harus dilakukan kedepannya? Belum lama ini, redaksi warta nasional, berbincang bincang dengan Dr. Aloysius Lele Madja, sang pemilik moto Ora et Labora (berdoa dan bekerja) ini. Berikut petikannya.
Sebagai putra NTT, apa yang ada dalam benak Anda ketika menyebut nama NTT?
Mendengar nama NTT saya langsung teringat akan label propinsi termiskin di Indonesia dengan tingkat busung lapar yang menghkhawatirkan dan dan tingkat buta huruf rakyatnya yang juga masing tinggi. Terbanyak penduduk hanya menamatkan SD dengan mutu pendidikan juga yang menyedihkan. NTT juga terkenal sebagai dengan daerah pengirim TKW dan sangat sering terjadi kasus kematian TKW yang tidak jelas tanpa upaya mencari tahu hingga tuntas. NTT menjadi anekdot singkatan – Nanti Tuhan Tolong atau Nasib Tidak Tentu.
Solusi apa saja yang harus dilakukan?
Untuk mengatasi segudang permasalahan di NTT dibutuhkan kerja keras dari semua komponen masyarakat baik yang duduk dalam Pemerintahan,lembaga keagamaan, akademisi, LSM, para pemangku adat dan anggota masyarakat. Untuk bisa bekerjasama dibutuhkan kebesaran jiwa untuk bertindak penuh kejujuran atau transparansi apalagi mengingat begitu majemuknya masyarakat NTT dengan karakter geografis dan budaya yang berbeda-beda. Masyarakat harus mengetahui dengan jelas mengenai apa yang dibutuhkan masyarakat itu s endiri dan bagaimana bisa mencapainya atau memecahkan masalah yang mereka hadapi dengan memanfaatkan semua daya yang ada dan dana-dana baik yang berasal dari APBN maupun modal masyarakat sendiri. Jadi yang harus menjadi suyek dan obyek pembangunan adalah manusia NTT itu sendiri.
Kongkritnya seperti apa?
Menangani permasalah NTT tidak bisa dilakukan secara individual tetapi harus secara integral namun tetap diperlukan penetapan prioritas utama yang harus dilakukan sambil tetap melakukan perbaikan disektor-sektor lain. Sebagai contoh ketika kita menetapkan pendidikan sebagai prioritas utama, maka sector lain seperti kesehatan, penertiban aparatur, peternakan, pertanian, kelautan dan pariwisata juga harus tetap berjalan berbarengan. Memang sangat rumit untuk membalikkan situasi yang ada dalam waktu yang singkat.
Bagaimana mengoptimalkan sumber daya alam yang ada?
Dari segi kekayaan sumber daya alam sesungguhnya NTT luar biasa kaya mulai dari sumber daya kelautan, peternakan, pertanian dan potensi pertambangan. Disamping itu keindahan alam NTT sungguh luar biasa yang tinggal dikemas secara lebih cerdas untuk kesejahteraan masyarakatnya. Kembali lagi kualitas sumber daya manusia yang akan menentukan pemanfaatan semua potensi sda yang ada tersebut.
Sebagai contoh kekayaan alam laut baik dari sumber daya alam seperti potensi perikanan, rumput laut, pengolahan produksi garam merupakan sector-sektor yang dapat dikembangan. Apabila memungkinkan dari segi permodalan maka tenaga listrik dari gelombang laut bahkan penyulingan air laut menjadi air tawar yang secara tehnis sangat dimungkinkan menjadi opsi yang menarik. Di samping itu laut NTT menawarkan beragam obyek wisata seperti diving, snorkeling, surfing, memancing dan masih banyak lagi.
Bagaimana dengan pariwisata?
Khusus untuk pariwisata dibutuhkan kerjasama dan koordinasi dalam membuat kalender dan program menarik wisata antar daerah wisata. Sebuah kantor promosi bersama perlu didirikan dan ditempatkan didaerah nomor satu wisata Indonesia yaitu Bali dan juga Jakarta. NTT dapat menjadi daerah yang menampung tumpahan turis dari Bali. Demikian juga promosi melalui medsos, online di internet akan sangat membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam dan luar negeri mengenai NTT. Di lain pihak masyarakat setempat di NTT harus pula dipersiapkan untuk menjadi tuan rumah di kampong sendiri, mulai dari menyiapkan penginapan dalam bentuk home stay yang berkualitas (bersih dan memadai seperti jamban, air bersih, bahasa untuk berkomunikasi dll.), pembuatan souvenir untuk para turis dll.
Selain Labuan Bajo sejatinya ada banyak sekali obyek atau destinasi lain yang tersebar pada hamper seluruh daerah di Flores – Sumba – Timor, Adonara, Lembata, Sabu Rote baik dari segi eko wisata, budaya, religi dan kuliner. Yang masih menjadi kendala adalah promosi dan pengemasannya menjadi lebih – marketable atau saleable dengan sedikit polesan.
Apa yang harus dilakukan agar pariwisata menjadi leading sektor?
Untuk mendukung pariwisata sector-sektor lain yang berkaitan harus diperhatikan secara lebih serius mulai dari infrastruktur jalan, penyediaan pelayanan akomodasi, transportasi, dan makanan serta hiburan. Atraksi budaya menjadi salah satu aspek yang harus dikembangkan secara teliti. Peranan masyarakat yang perlu juga diorganisasikan dalam UMKM untuk mendukung pariwisata sangat krusial dalam mensuply persediaan makanan untuk hotel, restoran dan toko2 sovenir. Dengan sendirinya sector pertanian, peternakan dan perikanan harus bisa digerakkan bila tidak harus mengimpor semua persediaan makanan dari luar NTT. NTT bahkan seharusnya menjadi pengekspor daging ke Jawa dan daerah lain di Indonesia.
Soal infrastruktur?
Infrasuktur NTT tidak hanya bertumpu di daratan tetapi harus dikembangkan infrastruktu transportasi laut dan udara untuk memudahkan arus barang, jasa dan manusia antar pulau2 di NTT. Infrastruktur akan sangat mempengaruhi biaya perekonomian di suatu wilayah, infrastruktur yang baik menimbulkan akibat positif terhadap ekonomi dan tidak menimbulkan biaya ekonomi yang terlalu tinggi.
Bagaimana solusi Anda untuk pengembangan SDM?
Pengembangan SDM NTT harus dikaitkan dengan alam NTT. NTT memerlukan keahlian di bidang peternakan, pertanian dan kelautan yang mampu mengolah SDA menjadi barang produksi bernilai tambah yang bisa diekspor ke daerah lain. Perlu perobahan mindset pada kalangan generasi muda untuk tidak bertumpu pada pendidikan untuk bekerja di perkantoran atau PNS, harus lebih banyak sekolah kejuruan yang praktis baik untuk mekanik, hospitality dan hal-hal yang menyangkut teknologi informasi dan lingkungan hidup. Tidak boleh dilupakan juga untuk pengembangan dan peningkatan SDM di sector kepemerintahan termasuk menempatkan orang yang tepat di bidang yang sesuai keahliannya. Demikian pula penggunaan tehnologi informasi termasuk sistem e-budgeting sudah harus diterapkan di lingkungan pemerintah daerah guna mengurangi kebocoran yang selalu saja terjadi.
Bagaimana dengan pertanian dan peternakan?
Pertanian di NTT masih memiliki potensi untuk dikembangkan terutama di daerah-daerah yang dialiri sungai untuk menjadi sumber irigasi pertanian. Selain padi lahan yang diairi dapat ditanami tanaman perdagangan lain seperti bawang, sayuran, cabai dll.
Peternakan dalam skala besar dapat dikonsentrasikan di daerah yang masih memiliki lahan kosong yang luas seperti di Timor dan Sumba. Perlu diupayakan agar NTT tidak hanya menghasilkan sapi tetapi harus bisa mencapai taraf pengolahan daging dan penyediaan susu sapi yang dapat menolong pertambahan nilai ekonominya. Demikian pula di bidang perikanan hamper semua daerah memiliki potensi untuk mengembangkan perikanan dan rumput laut.
Untuk Air bersih?
Ketersediaan air bersih masih menjadi menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat NTT. Pemerintah harus berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan air bersih tidak saja dengan mengandalkan APBN tetapi juga perlu menjalin kerjasama dengan perusahaan swasta menanggulangi situasi tersebut melalui pemanfaat CSR perusahaan-perusahaan tersebut.
Demikian pula dengan lpenerangan listrik. Sumber panas bumi yang banyak terdapat di NTT harus dimanfaatkan untuk memperoleh sumber daya untuk penerangan dan juga unmtuk kegiatan industry perumahan seperti menjahit, atau kegiatan produktif lainnya.
Di sini pentingnya program prioritas yang perlu dilakukan segera adalah secara konsisten merobah mindset para pemegang kekuasaan di kalangan aparatur pemerintah juga di kalangan masyarakat, lembaga keagamaan dan pemangku adat, agar memiliki visi dan perseppsi yang sama mengenai pembangunan manusia seutuhnya.
Bagaimana dengan pertambangan?
Pertambangan menjadi masalah di NTT disebabkan sempitnya ketersediaan lahan yang menjadi hunian dan lahan pertanian dan peternakan NTT. Berbeda dengan negara-negara penghasil tambang seperti Australia, Chile, Argentina dll adalah lokasi pertambangan yang jauh dari pemukiman atau lahan pertanian penduduk. Selain itu peraturan mengenai kelestarian lingkungan hidup di negara-negara tsb sangt ketat sehingga perusahaan tidak seenaknya meninggalkan lokasi pertambangan tanpa ada kegiatan mengurangi atau mengembalikan kondisi lahan tsb sehingga tidak merusak lingkungan.
Pertambangan di negara-negara berkembang seperti Indonesia dimana UU perlindungan lingkungan hidup termasuk analisa dampak lingkungan (amdal) masih sangat lemah, maka yang dirugikan adalah masyarakat setempat yang akan menanggung akibat kerusakan lingkungan seperti longsor, tandus, keracunan sumber air minum dan lain sebagainya, sedangkan perusahaan tambang sudah pergi setelah mineral yang ditambangnya habis dengan sebagian besar keuntungan. Pajak ataupun lapangan kerja yang diperoleh penduduk local sangat minim, pada umumnya sebatas sebagai buruh kasar, satpam dan sejenisnya. Hampir semua pekerjaan lainnya termasuk kantin, penyediaan suply makanan dll didatangkan dari luar. Apabila pertambangan dilakukan di lepas pantai (off shore) dimana tidak mengganggu penduduk setempat , bisa diizinkan dengan catatan harus ada amdal serta studi mengenai manfaat bagi daerah dan masyarakat setempat yang riil. (*red)