WARTASULSEL.NET, – Beberapa hari lalu saya bertemu seorang alumni Unhas yang pernah menghadiri presentasi saya pada suatu seminar di kampus saat dia masih mahasiswa. Kepada saya dia bercerita bagaimana presentasi saya itu membuat dia bersemangat untuk cepat selesai dan kemudian segera menikah. (16/11/2017).
Saya tersenyum saja mendengarnya. Saat menceritakan pekerjaannya saat ini dan bagaimana kesuksesan empat saudaranya dia menutup dengan kalimat. “Semua itu karena ibuku.”
Sudah beberapa kali saya mendengar kalimat seperti itu dari mereka yang telah menjadi orang. Buku2 tentang orang sukses juga sering mengatakan hal serupa.
Seolah-olah sosok ibu selalu menjadi sebab kesuksesan mereka. Tidak salah kalau Rasulullah pernah menjawab pertanyaan seorang sahabat, “ya Rasulullah, kepada siapa saya harus berbakti?” Rasulullah menjawab, “ibumu.” Hal ini diulangi Rasulullah sebanyak tiga kali, saat sahabat itu bertanya “setelah itu kepada siapa?” Kemudian yang keempat Rasulullah berkata “ayahmu.”
Kemuliaan seorang ibu dalam mendidik putra putrinya tidak perlu disangsikan lagi. Betapa Rasulullah telah mengingatkan kepada kita bahwa istri itu adalah pemimpin bagi anak-anak yang berada di rumahnya. Mereka akan dimintai pertanggungjawaban kelak akan perilaku baik atau buruknya anaknya.
Ayah adalah tulang punggung keluarga yang mungkin tidak sempat melihat atau mengamati lebih dekat kondisi setiap anak yang ditinggalkannya di rumah. Tugas utama ayah adalah memang mencari nafkah untuk keluarganya yang kadang pergi berhari-hari ke luar kota.
Maha Benar Allah dengan firman-Nya: Wawashshainal insaana biwaalidaihi husnaa (QS Al-Ankabuut 29:8). Artinya: Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya.
HORMATILAH IBUMU DAN AYAHMU DAN MULIAKANLAH MEREKA BERDUA YANG TELAH MEMBESARKANMU.(*Veni. H/red ws).
