Wanita Jenis Ini Kalau Donor Darah Justru Bikin Pria Tewas

Kesehatan863 views

WARTASULSEL.NET, – Ketika mendonorkan darah, mungkin bagi para wanita tidak pernah berpikir soal status, apakah lajang atau sudah menikah dan melahirkan.

Akan tetapi, informasi riwayat hidup penyakit pendonor seharusnya diungkapkan sebelum mendonorkan darahnya untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.

Daeng Manye

BACA JUGA 7 Manfaat Hebat dari Donor Darah

Lantas, bagaimana efek jika seorang pria menerima donor darah dari wanita yang sudah melahirkan?

Mengutip situs Science Alert, Kamis, 19 Oktober 2017, para ilmuwan dari Leiden University Medical Center, Belanda, mengelompokkan donor darah dan penerima transfusi darah berdasarkan status.

Status di sini adalah pria dan wanita, lajang atau sudah menikah dan melahirkan. Secara total ada 31.118 pasien penerima transfusi darah.

Rinciannya adalah 88 persen pria, 6 persen wanita lajang dan 6 persen wanita pernah hamil.

BACA JUGA Beberapa Tim SK-HD Ramai-Ramai Donor Darah Untuk Istri Panglima Daengta Di Takalar

Alhasil, dari riset yang didanai Kementerian Kesehatan Belanda dan dilakukan sejak 2005 sampai 2015 ini, menunjukkan bahwa angka kematian pria penerima transfusi darah dari wanita pernah hamil lebih tinggi dari pria menerima donor dari pria, atau wanita lajang, dan begitu seterusnya.

“Angka kematian pria yang menerima donor darah dari wanita pernah hamil adalah 101 per 1.000 orang dalam setahun. Lebih tinggi dibandingkan dengan 80 kematian pasien yang menerima donor, serta dari pria 78 kematian pasien yang menerima donor dari wanita lajang,” kata Rutger Middelburg dari Leiden University Medical Center.

Akan tetapi, Rutger dan tim belum bisa menyimpulkan penyebabnya, karena perlu penelitian lebih lanjut lagi. Namun, ada teori bahwa ketika hamil, wanita menghasilkan antibodi tertentu yang dapat bereaksi pada tubuh pria.

BACA JUGA Setetes Darah Pada Milad MEC RAKUS Bekerja Sama UKM KSR-PMI Unit 107

“Ketika hamil, seorang wanita akan terpapar dengan darah anak dan karena itu bisa mengembangkan antibodi khusus sepanjang hidupnya,” ungkap dia.

Sehingga, lanjut dia, antibodi ini salah satu yang mungkin bisa menjelaskan temuan. Tapi bagaimana mekanisme spesifiknya belum ditemukan. (*red)